Jack Skellington Link Select

Sabtu, 07 Januari 2012

Jangan Biarkan Kesenian Klasik Tenggelam

KESENIAN klasik Bali-–tari dan tabuh, jangan dibiarkan tenggelam. Kesenian
lawas yang sempat berjaya pada zamannya mesti terus dihidupkan dengan cara
sering dipentaskan dan diperkenalkan kepada generasi muda. ‘’Tarian klasik
seperti Oleg Tamulilingan, Panji Semirang, Tari Pendet, Tari Margapati,
Tari Wiranatha dan sebagainya mesti tetap dilestarikan. Jangan sampai kita
baru ngeh dan seolah-olah kepupungan tatkala ada pihak lain
menggunakannya,’’ ujar pengamat seni Drs. I Wayan Suardaniyasa, Senin
(2/11) .
Pengawas pagelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) asal Blahkiuh Badung ini
mengatakan, Tari Pendet misalnya, mesti terus dipentaskan. Jangan sampai
karena ada tarian penyambutan yang baru, Tari Pendet tak pernah lagi
dipentaskan atau seolah-olah dilupakan. Kesenian klasik itu penting terus
diperkenalkan kepada generasi muda. Seperti halnya di Jakarta, Tari Pendet
tetap dijadikan tari dasar bagi sanggar-sanggar seni. Sementara di Bali
Tari Pendet nyaris tak pernah dipentaskan, kecuali baru-baru ini ketika
mencuatnya kasus pengklaiman oleh pihak Malaysia. Semestinya, kesenian
klasik seperti Tari Pendet, Panji Semirang, Margapati dan sebagainya mesti
tetap disisipkan pada agenda PKB. Dengan demikian, kita selalu dapat
mengenang dan melestarikan warisan leluhur. ‘’Di Jakarta dari sejak tahun
1950-an Tari Pendet diajarkan di sanggar-sangar oleh seniman Bali Wayan
Diye (alm). Dan, tahun 1971-1976 saya (Suardaniyasa—red) bersama Made
Netra (alm) sempat mengajar Tari Pendet di sanggar-sanggar seni di
Jakarta seperti Sanggar Saraswati, Sanggar Badan Kesenian Angkatan
Kepolisian (BKAK), Sanggar Diyah Tantri. Jadi, Tari Pendet dijadikan tari
dasar untuk diajarkan selain Tari Legong Keraton. Itu tampaknya
berlangsung hingga saat ini. Bahkan setiap ada workshop tari Bali di
Jakarta, Tari Pendet selalu dipentaskan ,’’ kata Suardaniyasa yang seniman
tari, tabuh dan pencipta lagu serta penyanyi tersebut. Sementara di Bali,
Tari Pendet jarang dipentaskan, sejak kemunculan tari penyambutan yang
baru seperti Puspawresti, Panyembrama, Tari Sekar Jagat dan sebagainya.
‘’Pelestarian tari klasik mesti dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota.
Jangan sampai tidak ada lagi program pembinaan seni budaya Bali, pembinaan
kreativitas, apresiasi seni dan pelestarian kesenian langka,’’ kata
penerima Dharma Kusuma 2008 ini yang sempat melalang buana pentas seni.
Suardaniyasa tercatat sempat menari di Filipina 1973, di Saga Jepang 1995,
di Rotterdam Belanda 1999 dan di Bombay India dalam Konferensi PATA 2002.
Selain itu ia sempat menabuh di Montreal Canada 1997 dan Belgia 1999. (08)

sumber :  http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=7&id=23592



Free Template Bloggercollection templateHot DealsBERITA_wongANtengSEOtheproperty-developer