Jack Skellington Link Select

Senin, 02 Januari 2012

CONTOH PROPOSAL "HAL-HAL YANG DAPAT DIBANGGAKAN DALAM HINDU"











“HAL-HAL YANG DAPAT DIBANGGAKAN DALAM HINDU”

















KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
    Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas asung kerta wara nugraha-Nya, maka karya tulis ini dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
    Penulis menyadari bahwa karya tulis yang berjudul “Hal-hal yang dapat dibanggakan dalam Hindu” jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mohon saran – saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas ini, sehingga dalam pembuatan karya tulis selanjutnya dapat mendekati kesempurnaan.
    Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan pembuatan karya tulis ini.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

    Denpasar,   Desember 2011

                                                                                                                            Penulis


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................   i   
KATA PENGANTAR ...............................................................................   ii
DAFTAR ISI ............................................................................................   iii
BAB I PENDAHULUAN
    1.1    Latar Belakang .............................................................................   1
    1.2    Rumusan Masalah ........................................................................   2
    1.3    Tujuan .........................................................................................   2
BAB II PEMBAHASAN
    2.1    Apa hal yang dapat di banggakan dalam Hindu .............................   3
        2.1.1    Hal yang dapat di banggakan dalam Hindu .............................   3   
    2.2    Alasan mengapa kita bangga terhadap Hindu ................................   6
BAB III PENUTUP
    3.1    Kesimpulan .................................................................................   11
    3.2    Saran  .........................................................................................   12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Ada perasaan kagum terhadap pulau kecil yang bernama Bali ini. Sebuah tempat yang sedemikian memikatnya sehingga jutaan orang dari mancanegara rela mengeluarkan banyak uang untuk bisa datang ke tempat ini. Kehidupan masyarakat Bali secera ekonomi jika dibandingkan dengan 20 tahun lalu sangatlah jauh berkembang. Jutaan dolar telah mengalir membasahi tanah Bali dan memberi penghidupan yang sangat baik kepada sebagian besar masyarakat Bali. Tak dapat dipungkiri memang bahwa pariwisata telah menjadi tumpuan hidup masyarakat
        
          Jika kita mau berfikir sejenak, kenapa Bali bisa seperti sekarang ini? Kenapa pulau Bali yang kecil ini bisa sedemikian terkenalnya? Semua itu tidak lain karena jasa para leluhur kita yang telah mampu menjaga dan memelihara ke–Hinduanya dan ke Balianya. Alam yang indah, adat dan tradisi yang unik, seni budaya yang memukau dan kultur masyarakat yang ramah merupakan bentukan para leluhur kita melalui konsep – konsep yang bernafaskan Hindu dan Bali.
          Namun setelah Bali menjadi terkenal seperti sekarang ini, setelah taraf kehidupan ekonomi masyarakat Bali meningkat, justru yang terjadi adalah orang Bali yang terbuai dan hanyut dalam gelimangan materi. Mereka lupa akan jati dirinya sebagai orang Bali, mereka lupa akan asal darimana semua ini bermula. Contoh kecil saja, sekarang ini banyak sekali para ibu – ibu yang sudah mengikuti gaya busana model barat. Dalam tradisi dan keyakinan masyarakat Bali, jika ada orang yang ngaben maka tempat pembakaran (petulangan) atau lembu dibersihkan dahulu dengan ujung rambut. Namun apa jadinya jika sekarang para ibu – ibu lebih suka berambut buntut? Tradisi unik ini teramcam punah. Contoh yang lain adalah seni etika berbusana, dalam budaya bali ada yang disebut dengan pusuk lukluk, pusung tagel, pusung tegeh juga sudah mulai punah. Disinilah letak permasalahannya. Kita tidak sadar bahwa pondasi – pondasi  yang menunjang mencuatnya nama bali ke dunia internasional telah kita rusak dan musnahkan sendiri. 
          Contoh lain adalah sekarang ini masyarakat bali seolah olah sudah anti dengan bahasa ibu yaitu bahasa Bali dan juga tulisan serta sastra Bali. Sehingga anak - anak sekarang sangat sedikit yang bisa berbahasa Bali, apalagi tulisan Bali. Namun ironisnya para orang tua justru bangga dengan hal tersebut. Jika seorang anak berbicara seperti ini “ pa, adik minta uangnya pa, mau belanja?” maka orang tuanya akan bangga, seolah olah derajat hidup mereka telah meningkat dengan gaya bahasa tadi. Sebaliknya jika ada anak yang bicara “Nang, tyang ngidih pis anggo meblanja” justru dianggap kampungan. Padahal kaliamat “Nang, tyang ngidih pis anggo meblanja” itulah yang merupakan pondasi Bali sehinggapipis itu ada untuk dibelanjakan. Dan masih banyak contoh lagi yang menunjukkan bahwa orang bali telah mengalami degradasi moral dan kepribadian sebagai orang Bali.

1.2    Rumusan Masalah
        Dari latar belakang diatas dapat ditarik beberapa masalahan mengenai korupsi, yaitu :
    1.    Apa Hal yang dapat dibanggakan dalam Hindu ?
    2.    Apa alasannya ?

1.3    Tujuan
    1.    Untuk mengetahui apa yang harus kita banggakan dalam Hindu.
    2.    Untuk mengetahui penyebabnya.
   






BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Apa Hal yang dapat dibanggakan dalam Hindu
2.1.1        Hal yang dapat dibanggakan dalam Hindu

     Hindu termasuk dalam misi complementary ( melengkapi). Yang mana Hindu menganggap dirinya sebagai Ibu dari agama-agama. Dari kandungannya telah lahir agama Budha, Jaina, dan Sikh. Hindu tidak merasa disaingi atau tidak memiliki rasa permusuhan dengan “anak-anak” yang dilahirkannya. Ketika Hindu menyebar ke suatu wilayah, ia tetap menghormati budaya atau agama yang sudah ada. Sebagai satu contoh, ketika para dharma duta Hindu dari Jawa sampai di Bali mereka menjumpai di Bali sudah ada agama asli, yang oleh Clifford Greetz disebut Balisme, dalam bentuk upacara-upacara pemujaan leluhur. Hindu kemudian memberikan kerangka filsafat dan etika. Ibarat memberikan dasar dan kerangka agar “ rumah asli yang kecil dan sederhana” dapat dibuat menjadi lebih luas dan lebih kuat. Arvind Sharma membagi penyebaran Hindu dalam 3 gelombang. Gelombang pertama terjadi jauh sebelum lahirnya agama Kristen, merupakan bagian penyebaran Hindu dari India Utara ke seluruh India, keluar ke Asia Tenggara, sampai di Indonesia. Nama Indonesia sendiri berasal dari kata Hindu dan Nesos atau kepulauan Hindu. Gelombang ke dua terjadi ketika orang-orang India di bawa keluar oleh orang –orang Inggris untuk menjadi pekerja-pekerja di perkebunan wilayah jajahan Inggris. seperti Malaysia, Mauritius, Trinidad, Afrika dan Fiji. Ekspansi ketiga dilakukan oleh Swami Wewekannanda, ketika sebagai pengkotbah muda India ia mengucapkan pidatonya yang bersejarah di parlemen agama-agama Dunia di Chicago. Banyak orang di Amerika saat ini memeluk agama Hindu karena semangat dari Swami Wewekannanda.
Dalam sejarah kita menyaksikan penyebaran agama dilakukan dengan penyerbuan dan penaklukan ( disebut membebaskan dari keyakinan yang salah ), penghancuran rumah-rumah ibadah, pembunuhan terhadap orang-orang yang berkeyakinan lain. Upaya untuk membagi rakhmat lalu berubah menjadi kolonilaisme spiritual. Pada tahun 1995 dan 1996 kita masih menyaksikan peristiwa semacam itu, perusakan dan pembakaran rumah ibadah, disertai dengan korban jiwa,seperti yang terjadi di Timor-timor, di Jawa Timur ( Surabaya dan Situbondo), di Tasikmalaya, dan di Jakarta. Peristiswa yang menyedihkan ini sedikit atau banyak dipicu oleh aktivitas missi dan dakwah yang terlalu agresif.
Jika ada ayat Hindu yang menyatakan kita harus wajib bertirta yatra ke India, mungkin juga orang Hindu akan agresif dan gencar melakukan konversi agama. Namun sayangnya tidak ada ayat atau kewajiban seperti itu. Orang-orang Hindu dari penjuru dunia yang datang ke India bukan karena adanya doktrin-doktrin dari kitab suci melainkan hanya murni dari kesadaran semata.
Agama Hindu tidak pernah berupaya mengkonversikan orang kedalam agamanya. Sifatnya adalah seperti bunga yang indah. “ Silahkan lihat, jika itu bagus menurut Anda, silahkan cium harumnya”. Makanya dimana pada waktu Siddartha Gautama ( Budha) menyebarkan agama di India tidak ada samasekali tekanan dari orang Hindu malah pada zaman itu hidup berdampingan. Bahkan orang-orang Hindu menganggap Buddha adalah salah satu awatara agama Hindu. Metode penyiaran yang disebutkan oleh Mahatma Gandhi sesuai sekali dengan konsep dakwah Hindu yang disebut “ Telaga yang Bening”. Umat Hindu harus menjaga kolamnya tetap bersih dan bening. Siapa saja boleh datang ke kolam itu untuk mendapat kesejukan kalau itu dilakukan secara tulus. Dengan strategi dan konsep diatas umat hindu dapat melakukan dakwah secara aktif tetapi tidak agresif.

Menurut Knapp salah satu kelebihan dari Hindu adalah bahwa ia tidak menjadikan penganut agama lain sebagai target konversi. agama hindu katanya, bukanlah seperti siasat jaringan pemasaran MLM (Multi Level Marketing), yang menghitung laba dari banyaknya pengikut yang berhasil dijeratnya, sebagaimana yang dipraktekan oleh agama-agama tertentu. Untuk mencapai target penjualan dari produk pabrik imannya, para tengkulak agama itu tidak segan-segan mengunakan bujukan, keohongan dan kekerasan.

Bagi agama lain, agama hanya berarti peningkatan intelektual terhadap doktrin-doktrin tertentu dan berbuat baik pada sesamanya. Sementara bagi orang Hindu, agama berpusat pada kesadaran. Manusia menjadi suci dengan menyadari kesucian, patung atau kuil atau buku hanyalah pendukung yang membantu meningkatkan spiritualitasnya; tetapi ia harus maju dan mengembangkan dirinya sendiri. Bagi orang Hindu, manusia tidak berjalan dari kesalahan menuju kebenaran, tetapi dari kebenaran menuju kebenaran, dari kebenaran tingkat rendah menuju kebenaran tingkat tinggi. Dan setiap jiwa adalah elang yang terbang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, mengumpulkan makin banyak kekuatan, hingga mencapai Matahari yang Megah.

Agama Hindu tidak memiliki dogma-dogma seperti penciptaan alam dalam enam hari, penciptaan manusia pertama dari tanah liat, atau kebangkitan tubuh, dimana manusia yang sudah mati berabad-abad dan telah lebur dalam tanah tiba-tiba bangkit atau hidup kembali secara utuh seperti sedia kala. Dogma-dogma seperti itu sangat susah untuk dipertahankan apalagi di bawah sorotan akal (rasio) dan tajamnya ilmu pengetahuan yang mengupas kehidupan.


Perkembangan Hindu saat ini sangat mengagumkan di seluruh dunia. Dalam surat kabar Kompas - Agama Hindu menempati urutan pertama terbesar dalam pertumbuhan antara agama-agama di Australia. Agama Budha menempati urutan kedua terbesar, sedang agama Islam ketiga. Pertumbuhan agama-agama itu terekam dalam lima tahun terakhir sejak 2001 sampai 2006. Hal itu dikemukakan Faiza El-Higzi, Penasihat National Council for Women Queensland dalam diskusi publik tentang Moslem Education in a Secular State: Australian Experiences di Aula Universitas Prof Dr Hamka (UHAMKA), Jakarta, Senin (29/10). Diskusi yang juga menghadirkan pembicara Dr Ameer Ali, mantan Presiden Australian Federation of Islamic Councils (AFIC) 2002- 2006, dan Abdul Mu’ti Direktur Executif Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) diselenggarakan UHAMKA dan CDCC Jakarta. Menurut Faiza, Islam mencapai pertumbuhan ketiga terbesar, yakni 69,4 persen di Australia, Hindu 120,2 persen (terbesar), sementara Budha 109,6 persen. Sedang agama Kristen 0,8 persen, dan Agama Yahudi 11,3 persen.
Satguru Sivaya Subramuniyaswami menggunakan istilah “ the Greatest Religion” bukan “the Biggest Religion”. Seseorang disebut manusia besar bukan karena tubuhnya gede, tetapi karena karakternya, karena sumbangannya kepada masyarakat. begetupun dengan Hindu walaupun bukan agama yang terbesar pemeluknya tetapi kita bisa melihat karakter orang Hindu dibandingkan dengan Agama yang lain. Secara kuantitas pemeluk Hindu bila digabung dengan “anak-anaknya” berjumlah 1.5 Milyar, lebih besar dari Islam. Dan ingat Hindu bukanlah agam missi yang agresif seperti Kristen atau Islam. Tetapi kebesaran Hindu terletak pada karakternya, Sumbangannya pada peradaban. Dan dalam membangun budaya dan peradaban, Hindu tidak pernah menghancurkan budaya dan peradaban yang sudah ada. sebaliknya Hindu melindungi, memelihara dan bahkan mengembangkan mereka. Karena karakternya yang demikian itu, Agama Hindu akan menjadi agama dunia yang dominan pada abad 21. Agama Hindu sedang berkembang menjadi agama yang universal yang sesungguhnya dan menjadi rumah bagi semua religiusitas yang murni. penyebaran agam Hindu tidak lah melalui para guru (spiritual) dan swami tapi melalui para intelektual dan penulis.


2.2 Apa alasan kita bangga terhadap Hindu

Mengapa Kita Harus Bangga Menjadi Orang Hindu:
-    Karena Hindu Tidak memaksakan pengetahuan tertentu
-    Hindu tidak mau menang sendiri dengan mengganggap sebagai agama paling benar disisi Tuhan
-    Hindu tidak memaksakan cara tertentu melainkan memberikan pilihan sesuai dengan kemampuan
-    Hindu mengajarkan yoga universal yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja
-    Hindu mengajarkn hukum karma yaitu yang mengajarkan bahwa semua aktifitas baik ataupun buruk akan mendatangkan akibat
-    Hindu mengajarkan Samsara atau Punarbawa yaitu kelahiran Kembali
-    Hindu mengajrkan moksa yaitu penyatuaan dengan Tuhan

Bangga Menjadi Orang Hindu dan Bangga Menjadi Orang Bali
Ada perasaan kagum terhadap pulau kecil yang bernama Bali ini. Sebuah tempat yang sedemikian memikatnya sehingga jutaan orang dari mancanegara rela mengeluarkan banyak uang untuk bisa datang ke tempat ini. Kehidupan masyarakat Bali secera ekonomi jika dibandingkan dengan 20 tahun lalu sangatlah jauh berkembang. Jutaan dolar telah mengalir membasahi tanah Bali dan memberi penghidupan yang sangat baik kepada sebagian besar masyarakat Bali. Tak dapat dipungkiri memang bahwa pariwisata telah menjadi tumpuan hidup masyarakat
        
          Jika kita mau berfikir sejenak, kenapa Bali bisa seperti sekarang ini? Kenapa pulau Bali yang kecil ini bisa sedemikian terkenalnya? Semua itu tidak lain karena jasa para leluhur kita yang telah mampu menjaga dan memelihara ke–Hinduanya dan ke Balianya. Alam yang indah, adat dan tradisi yang unik, seni budaya yang memukau dan kultur masyarakat yang ramah merupakan bentukan para leluhur kita melalui konsep – konsep yang bernafaskan Hindu dan Bali.
          Namun setelah Bali menjadi terkenal seperti sekarang ini, setelah taraf kehidupan ekonomi masyarakat Bali meningkat, justru yang terjadi adalah orang Bali yang terbuai dan hanyut dalam gelimangan materi. Mereka lupa akan jati dirinya sebagai orang Bali, mereka lupa akan asal darimana semua ini bermula. Contoh kecil saja, sekarang ini banyak sekali para ibu – ibu yang sudah mengikuti gaya busana model barat. Dalam tradisi dan keyakinan masyarakat Bali, jika ada orang yang ngaben maka tempat pembakaran (petulangan) atau lembu dibersihkan dahulu dengan ujung rambut. Namun apa jadinya jika sekarang para ibu – ibu lebih suka berambut buntut? Tradisi unik ini teramcam punah. Contoh yang lain adalah seni etika berbusana, dalam budaya bali ada yang disebut dengan pusuk lukluk, pusung tagel, pusung tegeh juga sudah mulai punah. Disinilah letak permasalahannya. Kita tidak sadar bahwa pondasi – pondasi  yang menunjang mencuatnya nama bali ke dunia internasional telah kita rusak dan musnahkan sendiri. 
          Contoh lain adalah sekarang ini masyarakat bali seolah olah sudah anti dengan bahasa ibu yaitu bahasa Bali dan juga tulisan serta sastra Bali. Sehingga anak - anak sekarang sangat sedikit yang bisa berbahasa Bali, apalagi tulisan Bali. Namun ironisnya para orang tua justru bangga dengan hal tersebut. Jika seorang anak berbicara seperti ini “ pa, adik minta uangnya pa, mau belanja?” maka orang tuanya akan bangga, seolah olah derajat hidup mereka telah meningkat dengan gaya bahasa tadi. Sebaliknya jika ada anak yang bicara “Nang, tyang ngidih pis anggo meblanja” justru dianggap kampungan. Padahal kaliamat “Nang, tyang ngidih pis anggo meblanja” itulah yang merupakan pondasi Bali sehinggapipis itu ada untuk dibelanjakan. Dan masih banyak contoh lagi yang menunjukkan bahwa orang bali telah mengalami degradasi moral dan kepribadian sebagai orang Bali.
          Dengan latar belakang itulah, pedanda ingin kembali mengingatkan kita semua, pedanda ingin mengetuk hati masyarakat Bali agar kembali ingat akan jati diri kita. Kembali ingat sumber dari segala kehidupan ekonomi ini berasal. Jangan sampai warisan yang adiluhung ini hilang begitu saja karena kebodohan kita semua.  Pedanda ingin mengajak semua lapisan masyarakat Bali untuk bangga menjadi orang Hindu dan Bangga menjadi orang Bali
Kenapa harus bangga menjadi orang Hindu?
          Hindu adalah agama Weda, dan Weda adalah sebuah wahyu, bukan produk budaya manusia. Ciri Weda adalah wahyu salah satunya adalah Weda itu mampu mengayomi, mengangkat dan  memaknai budaya lokal. Wahyu adalah sesuatu yang bisa diterapkan dimana saja dan bisa meresap dan menjalin satu kesatuan dengan budaya, geografis dan masyarakat lokal. Jadi bukan satu budaya untuk kepentingan pelaksanaan Agama itu. Merupakan anggapan yang sangat keliru jika misalnya dikatakan bahwa budaya Bali harus digunakan untuk pelaksanaan Agama Hindu di Indonesia. Agama Hindu bisa dilaksanakan dengan budaya Jawa, Kalimantan, Papua atau budaya mana saja. Walaupun dilaksanakan dengan budaya yang berbeda namun intinya tetap mengacu pada ajaran Weda. Disitulah letak keindahan Hindu. Hal lain adalah agama Hindu sangat menghargai umat manusia dan tidak mengintervensi atau mempengaruhi orang untuk masuk ke agama Hindu. Hal berikutnya yang membuat pedanda bangga adalah Agama Hindu adalah agama yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia untuk memasuki jaman sejarah. Buktinya adalah adanya Tujuh Yupa di kerajaan Kutai yang menjadi bukti sejarah bahwa pada masa itu bangsa Indonesia telah meninggalkan jaman pra-sejarah dengan mulai dikenalnya huruf. Agama Hindu juga pernah mengantarkan bangsa Indonesia kejaman keemasanya dengan berkibarnya Majapahit hingga ke wilayah Malaka. Itu adalah contoh kecil dari berjuta – juta hal mulia dan indah tentang Hindu yang pedanda jumpai di dalam Weda, sehingga pedanda sangat bangga menjadi orang Hindu
Kenapa harus bangga jadi orang Bali?
          Bangga karena pulau yang kecil ini begitu luar biasa. Bangga karena pulau bali mempunya potensi yang sangat berlimpah. Bali memiliki bahasa sendiri, tulisan sendiri, budaya sendiri, kesenian yang kaya, sistem pemerintan tersendiri dari tingkat subak, banjar, desa pakraman hingga ke tingkat provinsi, aparat pemerintahan sendiri, dan itu sudah ada sejak beratus – ratus tahun yang lalu. Dan semua itulah yang membuat Bali menjadi terkenal seperti sekarang ini.
          Bercermin dari keadaan sekarang ini, arah pembangunan masrayakat bali baik pembangunan secara fisk, mental dan spiritual sudah kian jauh melenceng. Jika dulu ada himbauan dari gubernur agar semua bangunan mempunyai cirri khas bangunan Bali sudah sangat banyak di langgar. Yang ada justru pembangunan fisik Bali sudah tidak mencerminkan Bali itu sendiri. Jika kita baru keluar dari bandara Ngurah Rai atau baru turun dari pelabuhan gilimanuk, maka kita akan merasa bahwa kita tidak berada di Bali. Bali telah mulai kehilangan muka di tanah sendiri.
          Orang Hindu harus bangga menjadi orang Hindu, jangan menjadi umat Hindu hanya sekedar tulisan di KTP. Orang Bali harus bangga menjadi orang bali, dengan cara mempertahankan budaya adat istiadat dan tanah Bali itu sendiri. Bangga menjadi orang Hindu tidak cukup sekedar hafal mantram Tri Sandhya, tapi bagaimana kita mewujud nyatakan ajaran Hindu dalam kehidupan sehari – hari. Walaupun kita hidup di jaman modern, tapi hendaknya kita tidak hanyut dan kehilangan jati diri. Sadarilah darimanana semua kehidupan masyarakat ini berasal. Mungkin kita bisa bercermin kepada negeri Jepang. Walaupun mereka Negara maju tapi masih sangat menghormati budaya lokal, seperti kaisar dan sumo. Dengan ini pedanda ingin menyentuh hati masyarakat Bali untuk tetap berjuang dan berusaha manjaga dan melestarikan jati diri kita, karena inilah kebanggan kita. Manusia dan bangsa yang utama adalah merekan yang memiliki jati diri
          Pedanda juga sangat berharap agar orang Bali bangga menjadi orang Bali, orang jawa bangga menjadi orang Jawa, orang papua bangga menjadi orang papua dan semua daerah di Indonesia juga bangga telah memiliki Budaya mereka sendiri. Budaya - budaya itulah yang merupakan budaya nusantara yang sungguh adiluhung dan utama. Tidak perlu kiranya kita mambawa budaya – budaya luar untuk dipaksakan di Nusantara ini.















BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
        Hindu adalah agama Weda, dan Weda adalah sebuah wahyu, bukan produk budaya manusia. Ciri Weda adalah wahyu salah satunya adalah Weda itu mampu mengayomi, mengangkat dan  memaknai budaya lokal. Wahyu adalah sesuatu yang bisa diterapkan dimana saja dan bisa meresap dan menjalin satu kesatuan dengan budaya, geografis dan masyarakat lokal. Jadi bukan satu budaya untuk kepentingan pelaksanaan Agama itu. Merupakan anggapan yang sangat keliru jika misalnya dikatakan bahwa budaya Bali harus digunakan untuk pelaksanaan Agama Hindu di Indonesia. Agama Hindu bisa dilaksanakan dengan budaya Jawa, Kalimantan, Papua atau budaya mana saja. Walaupun dilaksanakan dengan budaya yang berbeda namun intinya tetap mengacu pada ajaran Weda. Disitulah letak keindahan Hindu. Hal lain adalah agama Hindu sangat menghargai umat manusia dan tidak mengintervensi atau mempengaruhi orang untuk masuk ke agama Hindu. Hal berikutnya yang membuat pedanda bangga adalah Agama Hindu adalah agama yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia untuk memasuki jaman sejarah. Buktinya adalah adanya Tujuh Yupa di kerajaan Kutai yang menjadi bukti sejarah bahwa pada masa itu bangsa Indonesia telah meninggalkan jaman pra-sejarah dengan mulai dikenalnya huruf. Agama Hindu juga pernah mengantarkan bangsa Indonesia kejaman keemasanya dengan berkibarnya Majapahit hingga ke wilayah Malaka,dan Agama Hindu dalam pelaksanaan upacaranya selalu di kaitkan dengan kesenian,jadi kita dapat berkesenian dalam Agama Hindu.





3.2    Saran
    Orang Hindu harus bangga menjadi orang Hindu, jangan menjadi umat Hindu hanya sekedar tulisan di KTP. Orang Bali harus bangga menjadi orang bali, dengan cara mempertahankan budaya adat istiadat dan tanah Bali itu sendiri. Bangga menjadi orang Hindu tidak cukup sekedar hafal mantram Tri Sandhya, tapi bagaimana kita mewujud nyatakan ajaran Hindu dalam kehidupan sehari – hari.









Free Template Bloggercollection templateHot DealsBERITA_wongANtengSEOtheproperty-developer